Monday 10 June 2013

Tips Untuk Membentuk Keluarga Sejahtera dan Bahagia

Tips Untuk Membentuk Keluarga Sejahtera dan Bahagia
Tak seorangpun manusia yg tidak merindukan kebahagian dan ketenteraman hidup didalam keluarganya, sebaliknya tidak seorangpun yg takkan sengsara bila tidak ada ketenteraman dan kebahagian dalam rumah tangganya, karena dalam keluarga terjalin hubungan yg paling dekat, paling sering bahkan dapat dikatakan terus menerus.
Keluarga adalah suatu komunitas yg dibentuk melalui perkawinan antara pria dan wanita berlandaskan cinta dan kasih saying seperti difirmankan Tuhan dalam Surat Ar Rum(Surat 30) ayat ke 21 :
Dan diantara tanda-tanda (Kebesaran)Nya, ialah Bahwa ia menciptakan istri-istri bagimu dari jenis kamu sendiri, supaya kamu dapat hidup tenang bersama mereka, dan diadakan-Nya cinta dan kasih saying antara kamu. Sungguh, dalam yg demikian itu, ada bukti-bukti bagi orang yg menggunakan pikiran ( dikutip dari Alquranulkarim Bacaan Mulia Terjemahan HB Jassin, halaman 559).
Keluarga adalah unit terkecil dari Negara hingga dapat dikatakan keluarga adalah suatu Negara atau kerajaan kecil. Keluarga yg hidup aman tenteram dan bahagia adalah idaman setiap insane. Namun dalak kehidupan sehari-hari banyak keluarga yg tak dapat merasakannya.
Apakah disebabkan kekurangan materi ? Bukan, karena banyak keluarga kaya yg selalu diamuk percekcokkan dan malahan disertai kekerasan (contoh kasus, Kisah Manohara dan seorang anggota kerajaan di Malaysia ), hingga rumah tangga yg dibentuk melalui pesta meriah, gelak tawa sanak keluarga serta handai taulan berobah menjadi ajang peperangan, dan yg lainnya karena malu menekan saja perasaan hatinya, menimbulkan perang dingin antara suami dan isteri, sebaliknya banyak keluarga tak berpunya tapi mereka hidup rukun dan damai, seiya sekata, sehilir semudik dalam kehidupan keluarganya.
Lalu timbul pertanyaan : Dapatkah Kebahagian dan Ketenteraman Hidup Dalam Keluarga Di Ciptakan ? Ya Insya Allah Bisa. Salah satunya menerapkan 5 Saling untuk menciptakan Keluarga Bahagia, sebagai berikut :
1.      Saling Mengerti
Suatu kenyataan yg biasanya tak disadari olerh suami isteri adalah bahwa mereka bertemu setelah dewasa atau paling cepat setelah remaja. Apa yg dialami oleh pasangannya dimasa kecil dulu tidak menjadi perhatian bahkan tak jarang tidak diketahui sama sekali.
Setiap suami atau isteri menyangka melalui pacaran mereka telah mengetahui betul-betul akan sifat suami atau isteri. Makanya sering seorang suami mengatakan ah dia cerewet, manja, susah diatur atau seorang isteri mengatakan suaminya pendiam, egois, mau menang sendiri. Sekedar itu saja belumlah cukup, karenanya hendaklah a)mengerti latarbelakng pribadinya dan b) mengenal diri pribadi.
Dapat dikatakan Saling mengerti itu maksudnya adalah mengerti tentang segala sesuatu tentang kehidupan dan pengalaman yg dilalui, suasana tempat kita (suami-isteri) dibesarkan dg segala keistimewaan dan kekurangannya. Dengan adanya saling pengertian akan dapat diletakkan dasar ketenteraman dalam keluarga sebaliknya salah mengerti akan dapat dihindari.
1.      Saling Menerima
Dalam kehidupan berkeluarga setelah kita mengenal diri kita pribadi dan diri suami/isteri, apakah itu kelebihan atau kekurangannya, maka terimalah dg segala kerelaan. Bila menurut kita ada hal-hal yg kurang baik dan perlu diperbaiki, usahakanlah secara bijaksana agar ia menyadari dan memahami sikapnya sampai ia mau memperbaiki sifat jeleknya itu atas kesadaran sendiri.
Terimalah suami/isteri apa adanya, terimalah hobin dan kesenanganya dan terimalah keluarganya seperti menghadapi keluarga sendiri. Bila ini telah dapat diterapkan dg baik niscaya akan didapatkan keluarga yg aman dan tenteram.
Rasa terima atau tidak itu akan tercermindari air muka, ucapan dan tindakan.. Karena itu perasaan ini tidak dapat disembunyikan dan segera akan diketahui oleh suami/isteri. Rasa tidak terima yg disembunyikan dapat menimbulkan berbagai ketegangan dalam keluarga, hal-hal kecil dapat menjadi besar atau dapat berobah menjadi gangguan jiwa bagi yg tertekan perasaannya. Orang tua yg tertekan jiwa atau perasaannya akan mengakibatkan pendidikkan anak mengalami goncangandan akan membahayakan pertumbuhan pribadi anak.
1.      Saling Menghargai
Dalam rumah tangga bila rasa saling menghargai itu tidak ada atau tidak terbina dg baik maka suasana rumah tangga akan menjadi tegang dan kurang menyenangkan serta akan menimbulkan percekcokkan yg tidak beralasan, karena setiap orang membutuhkan penghargaan dan akan merasa tertekan apabila ia merasa tidak dihargai, terlebih-lebih oleh orang yg paling dekat dengannya – suami/isteri
Apa sih sebenarnya Penghargaan itu ? Secara umum orang menyangka Penghargaan itu harus diucapkan dg kata-kata atau tindakan formil berupa pemberian sesuatu. Menurut dalil ini memuji/pujian dianggap sebagai penghargaan dan celaan sebagai bukti tidak adanya Penghargaan dan diakui bahwa kata-kata dan tindakan formil itu sebagai alat yg paling nyata untuk menyatakan perasaan yg tersimpan dalam hati.
Sebenarnya Penghargaan adalah sikap dan keadaan jiwa seseorang terhadap orang lain. Sikap itu akan muncul dengan sendirinya dalam segala aspek diri mulai dari air-muka, pandangan mata, gerak bibir, tutur kata, gerak-gerik dan tindakan, malah diamnya seseorang terhadap sesuatu dapat diartikan sebagai penghargaan atau penghinaan.
1.      Saling Mempercayai
Alangkah susahnya hidup dalam keluarga dimana tidak ada saling mempercayai antara suami dan isteri. Apakah yg dikatakan suami, isteri tak percaya begitu juga sebaliknya. Bila suami pamit pergi ketempat tugas, isterinya membayangkan suaminya akan melakukan hal-hal yg bukan-bukan, sebaliknya bila isteri minta izin untuk suatu keperluan, suami curiga isterinya akan pergi ketempat lain
Dg perasaan hati yg tidak karuan apa yg dapat dilakukan ? semua akan serba salah dan akan menghasilkan Saling Curiga. Saling Curiga akan menimbulkan kecemasan, ketegangan dan pertentangan dan efek-efek buruk lain.
Saling Mempercayai akan menimbulkanketenangan, ketenteraman dan menumbuhkan banyak segi-segi kehidupan, yg terpenting adalah masalah akhlak.
Ada beberapa hal yg dapat menimbulkan saling mempercayai :
a) Percaya akan Pribadinya. Bila tidak percaya pada akhlak suami/isteri berarti belum mengenal pribadi suami/isteri, ini akan menimbulkan rasa curiga dan cemas, seakan setiap kali ia keluar rumah adalah untuk menyeleweng dan kita akan mudah dimasuki oleh hasutan, fitnah dan adu domba dari luar. Agar ini jangan terjadi, sering-seringlah melakukan diskusi antara suami dan isteri secara terbuka dan jujur, karena kejujuran penting untuk memperoleh kepercayaan dari pihak lain.
b) Percayailah kemampuannya. Hendaknya seorang isteri bisa mempercayai kemampuan suami dalam menyelesaikan berbagai masalah keluarga terutama yg menyangkut orang luar, sebaliknya suami harus mempercayai kemampuan isterinya dalam mengolah keuangan keluarga, mendidik anak dan mengendalikan keluarga.
Intinya saling saling mempercayai antara suami dan isteri harus dibina terus apakah itu berhubungan dg akhlak maupun segala segi kehidupan. Ini dapat dilakukan melalui diskusi tetap, terbuka dan jujur antara suami dan isteri agar jangan ada dusta diantara kita (suami/isteri) dan agar tidak ada masalah yg tersembunyi dan luput dari jangkauan keluarga. Tunjukkanlah kepercayaan itu dalam sikap dan tindakan, tidak cukup dg ungkapan lisan saja.
1.      Saling Mencintai
Pembentukkan keluarga umumnya dimulai dg saling mencintai, namun saling mencintai dalam keluarga tak selamanya stabil ada yg semakin cemerlang sinarnya, ada yg semakin lama semakin meredup bahkan tak jarang yg berakhir dg saling membenci.
Agar cinta tetap melekat dan untuk mempertahankan kasih sayang dalam kehidupan berkeluarga ada beberapa hal yg dapat dilakukan :
a) Lemah lembut dalam bicara
Ucapan dan kata-kata manis yg sopan dan penuh pengertian sangat menarik bagi teman hidup. Karenanya jangan segan-segan memuji isteri atas usahanya membesarkan hati suami dan usahakanlah menerima setiap pemberian suami dengan senang hati dan dg menunjukkan kegembiraan,
Seandianya ada sesuatu yg kurang baik atau kurang pas dan patut ditegur atau dibicarakan dg suami/isteri, lakukanlah dg sebijak mungkin dg kata-kata yg sopan halus dan wajar. Jangan dilebih-lebihkan, dg keras atau kasar, karena sesuatu yg kurang baik itu ada sebab dan latar belakangnya. Bijaksana dan kata yg lemah lembut perasaan suami/isteri tidak akan tersinggung dan latar belakang yg menyebabkannya dapat diketahui untuk mendapat perbaikan seperlunya.
b) Tunjukkanlah perhatian kepadanya
Perhatian adalah salah satu tanda kasih sayang, karenanya perhatikanlah kepentingan suami/isteri, tunjukkan juga perhatian pada keluarganya atau hal-hal yg disukainya.
c) Bijaksana Dalam Pergaulan
Bijaksana disini berarti dapat membaca situasi, kapan harus melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Isteri yg bijak tahu kapan harus menyampaikan persoalan berat pada suaminya dan bagaimana cara mengungkapkannya. Diapun mengerti bagaimana menanggapi emosi suaminya. Begitu juga suami terhadap isterinya.
d) Jauhi sikap egois
Seorang yg egois biasanya tidak disenangi oleh orang lain. Orang yg sangat cinta kepada dirinya sendiri biasa tidak sanggup mencintai orang lain dan tidak bisa menyerahkan dirinya secara ikhlas kepada suami/isteri.Dia selalu mengharapkan cinta orang lain kepadanya, tetapi tidak berusaha memperlihatkan dan mencintai orang lain.
Untuk mendapatkan keluarga yg aman dan tenteram maka suami/isteri tidak boleh mementingkan dirinya sendiri, perhatikan pulalah kepentingan suami/isteri, kalau memang ingin mendapatkan cintanya.
e) Jangan Mudah Tersinggung
Orang yg mudah tersinggung, biasanya lupa diapun sebenarnya sering menyinggung perasaan orang lain, kadang-kadang katanya tajam, tapi ia tak sadar bahwa kata-katanya telah menyinggung atau melukai hati orang lain dan ia sangat menderita bila ada kata-kata orang yg disangkanya sengaja untuk menyinggungnya.
Apalah artinya cinta kalau sering bertengkar dan tegang ? Tentu cinta itu makin lama akan makin pudar, akhirnya menghilang sama sekali, karenanya berusahalah jangan mudah tersinggung dan menyinggung orang lain.
f) Tenteramkan Batin Sendiri
Untuk mendapatkan keluarga yg tenteram hendaklah diri sendiri ditenteramkan terlebih dahulu. Bagaimana akan tenteram kalau jiwa goncang dan hati diamuk kecemasan ?
Berusahalah mengoreksi diri terlebih dulu, jangan cepat bertanaya, mengapa suami/isteri saya berbuat begitu ? Apa sebabnya dia pemarah, perajuk, keras hati dan sebagainya. Tanyai pulalah diri sendiri, mengapa sekarang saya mudah tersinggung, cepat marah, mudah sedih dan keras kepala seperti ini ? Renungkanlah dan analisa diri sendiri, mungkin akan menemukan jawaban untuk itu. Dengan demikian ketenteraman dan ketenangan batin sendiri akan dapat dipulihkan.
Diantara yg menyebabkan seorang gelisah, cemas dan mudah marah adalah persoalan berat dan dosa yg dipendam. Misalnya ada sesuatu masalah yg sangat berat dan tak terpecahkan sendiri, karena malu membicarakannya dg orang lain walaupun itu suami/isteri sendiri, lalu disembunyikan saja.
Suami/isteri hendaknya dapat saling terbuka, untuk mengeluhkan, mendiskusikan masalah dan penderitaan masing-masing. Dalam hal ini peranan agama juga sangat menentukan. Banyak persoalan ringan menjadi berat karena dihadapi dg keluh kesah dan lupa akan bantuan Tuhan. Solat dan Berdo’a adalah dua penenteram batin yg paling ampuh.
g) Tunjukkanlah Rasa Cinta
Rasa Cinta dan Kasih Sayang itu memang didalam hati tapi ditunjukkan dg perbuatan dan ungkapkan dg kata-kata dan sikap. Nyatakanlah Cinta dan Kasih Sayang kita melalui sikap dan perbuatan, semoga dg itu akan tercapai keluarga yg diidam-idamkan.
Dengan menerapkan metoda dan prinsip “5 Saling” seperti diuraikan diatas, Insya Allah akan terbentuk “Keluarga Sejahtera, Aman dan Tenteram”. Semoga. (34rial).

 Keluarga Sejahtera

PENGERTIAN KELUARGA SEJAHTERA
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat terdiri atas suami-istri atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.Keluarga sejahtera adalah dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah mampu memenuhikebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada tuhan yang maha esa,memiliki hubungan yang sama, selaras, seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

Tahapan keluarga :
1. Keluarga Pra Sejahtera
Keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimalsperti pengajaran, agama, sandang, pangan, papan, kesehatan.
2. Keluarga Sejahtera Tahap 1
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal ( sesuai kebutuhandasar pada keluarga pra sejahtera) tetapi belum dapat memenuhi keseluruhankebutuhan social psikologis keluarga seperti pendidkan, KB, interaksi dalamkeluarga, interaksi dengan lingkungan
3. Keluarga Sejahtera Tahap 2
Keluarga-keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan psikologistetapi belum dapat memenuhi kebutuhan perkembangan (menabung danmemperoleh informasi).
4. Keluarga Sejahtera Tahap 3
Keluarga-keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan pada tahapan keluarga 1 dan2 namun belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) maksimal terhadapmasyarakat dan berperan secara aktif dalam masyarakat.
5. Keluarga Sejahtera Tahap 3 Plus
Keluarga-keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan semua kebutuhan keluargapada tahap 1 sampai dengan 3.
Pelaksanaan pembangunan dalam keluarga sejahtera
Dalam PP No. 21 Th 1994, pasal 2: pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan melalui pengembangan kualitas keluarga diselenggarakan secaramenyeluruh, terpadu oleh masyarakat dan keluarga.Tujuan :Mewujudkan keluarga kecil bahagia, dejahtera bertakwa kepada Tuhan YangMaha Esa, produktif, mandiri dan memiliki kemampuan untuk membangun dirisendiri dan lingkungannya.

Pokok-pokok kegiatan pembangunan keluarga sejahtera :
1. Pembinaan ketahanan fisik keluarga
keluargaKegiatan-kegiatan yang bersifat meningkatkan ketahanan fisik keluarga.Contoh : pembinaan gizi keluarga termasuk gizi ibu hamil, stimulasi pertumbuhanbalita, pembinaan kesehatan lingkungan keluarga, usaha tanaman obat keluarga,dan lain-lain.
2. Pembinaan ketahanan non fisik keluarga
Kegiatan-kegiatan yang bersifat meningkatkan ketahanan non fisik keluarga.Contoh : pembinaan kesehatan mental keluarga, stimulasi perkembangan balita,konseling keluarga, dan lain-lain.

Pembinaan Keluarga Sejahtera Dalam Aspek Agama, Pendidikan, Sosial, Budaya,dan Ekonomi.

a. Aspek agama
Agama memiliki peran penting dalam membina keluarga sejahtera. Agama yangmerupakan jawaban dan penyelesaian terhadap fungsi kehidupan manusia adalah ajaranatau system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada TuhanYang Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia danmanusia serta lingkungannya. Oleh karena itu, sebuah keluarga haruslah memiliki danberpegang pada suatu agama yang diyakininya agar pembinaan keluarga sejahtera dapat terwujud sejalan dengan apa yang diajarkan oleh agama


b. Aspek pendidikan
Pendidikan keluarga sangat penting namun seringkali dianggap tidak penting.Etika yang benar harus diajarkan kepada anak semenjak kecil, sehingga ketika seoranganak menjadi dewasa, ia akan berperilaku baik. Tentu saja perilaku orang tua juga harusbaik dan benar sebagai contoh untuk anaknya. Jikalau semenjak kecil seorang anak diajarkan dengan baik dan benar maka keluarga tersebut akan harmonis. Dan seandainya setiap keluarga mengajarkan nilai-nilai etika yang benar maka semua manusia akan hidupberdampingan dan damai. Keluarga merupakan wahana pertama dan utama dalam pendidikan karakter anak.Apabila keluarga gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akansulit bagi institusi-institusi lain di luar keluarga (sekolah) untuk memperbaikinya.Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnyamasyarakat yang tidak berkarakter. Oleh karena itu, setiap keluarga harus memilkikesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak dirumah.Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan (karakter) pada anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Polaasuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dan orang tua yang meliputipemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum, dll) dan kebutuhan psikologis(seperti rasa aman, kasih sayang, dll), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku dimasyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Dengan kata lain, polaasuh juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka pendidikankarakter anak
c. Aspek ekonomi
pemerintah mengelompokkan keluarga diIndonesia ke dalam dua tipe :
keluarga pra-sejahtera
Yang kita bayangkan ketika mendengar keluarga tipe ini adalah keluarga yang masih mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya berupa sandang, pangan, danpapan. Keluarga pra-sejahtera identik dengan keluarga yang anaknya banyak, tidak dapatmenempuh pendidikan secara layak, tidak memiliki penghasilan tetap, belummemperhatikan masalah kesehatan lingkungan, rentan terhadap penyakit, mempunyaimasalah tempat tinggal dan masih perlu mendapat bantuan sandang dan pangan.
tipe keluarga sejahtera
Yang terbayang ketika mendengar keluarga tipe ini adalahsebuah keluarga yang sudah tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Keluarga sejahtera identik dengan keluarga yang anaknya dua atau tiga,mampu menempuh pendidikan secara layak, memiliki penghasilan tetap, sudah menaruhperhatian terhadap masalah kesehatan lingkungan, rentan terhadap penyakit, mempunyaitempat tinggal dan tidak perlu mendapat bantuan sandang dan pangan.Selama ini konsentrasi pembinaan terhadap keluarga yang dilakukan oleh pemerintahadalah menangani keluarga pra-sejahtera. Hal itu terlihat dari program-program dasar pembinaan keluarga seperti perencanaan kelahiran (KB), Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU), pelayanan kesehatan gratis, pembinaan lansia, pengadaan rumah khususkeluarga pra-sejahtera dan sejenisnya

d. Aspek sosial budaya
Perkembangan anak pada usia antara tiga-enam tahun adalah perkembangan sikapsosialnya. Konsep perkembangan sosial mengacu pada perilaku anak dalam hubungannyadengan lingkungan sosial untuk mandiri dan dapat berinteraksi atau untuk menjadimanusia sosial. Interaksi adalah komunikasi dengan manusia lain, suatu hubungan yangmenimbulkan perasaan sosial yang mengikatkan individu dengan sesama manusia,perasaan hidup bermasyarakat seperti tolong menolong, saling memberi dan menerima,simpati dan empati, rasa setia kawan dan sebagainya. Terdapat tiga elemen utama dalam struktur internal keluarga :
1. Status social
dimana dalam keluarga distrukturkan oleh tiga struktur utama, yaitubapak/suami, ibu/istri dan anak-anak. Sehingga keberadaan status sosial menjadi pentingkarena dapat memberikan identitas kepada individu serta memberikan rasa memiliki,karena ia merupakan bagian dari sistem tersebut
2. Peran social
yang menggambarkan peran dari masing-masing individu atau kelompok menurut status sosialnya
3. Norma social
yaitu standar tingkah laku berupa sebuah peraturan yangmenggambarkan sebaiknya seseorang bertingkah laku dalam kehidupan social

Ciri-ciri keluarga sejahtera adalah sebagai berikut :
ü saling terbuka antar anggota keluarga
ü terciptanya rasa saling percaya
ü terpenuhinya segala kebutuhan
ü adanya saling kerja sama antar keluarga
ü adanya keseimbangan dalam memberikan pendidikan untuk bekal didunia dan akhirat
ü terciptanya keharmonisan dalam keluarga
ü terjalinnya komunikasi yang baik antar keluarga.s




Faktor Yang perlu diberikan orang tua kepada anak agar anak mencapai dewasa yang bertanggung jawab moral :
ü Aktif melakukan komunikasi dengan anak
ü Memberikan teladan
ü Melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri
ü Mengejar prestasi
ü Mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain
ü Mampu berpikir
ü Kreatif dan penuh inisiatif
ü Mampu mengatasi masalah yang dihadapi
ü Mampu mengendalikan tindakan-tindakan
ü Mampu mempengaruhi lingkungan
ü Percaya kepada diri sendiri
ü Menghargai keadaan dirinya
ü Memperoleh kepuasan dari usahanya
Selain itu agar anak dapat bertanggung jawab moral, maka orang tua dapat melakukan :
- Biarkan anak-anak membuat pilihan-pilihan masukan sendiri
- Tunjukkan rasa hormat terhadap upaya anak
- Jangan mengajukan terlalu banyak pertanyaan
- Jangan langsung menjawab pertanyaan anak
- Dorong anak-anak menggunakan sesuatu/bahan dari luar rumah
- Jangan menyirnakan harapan anak


BAB II
ISI
KONSEP KELUARGA KESEJAHTERAAN
A.    PENGERTIAN SEJAHTERA
Ada beberapa pendapat tentang pengertian kesejahteraan, antara lain :”
         “Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, aman, selamat, dan tentram”. (Depdiknas, 2001:1011)
         “Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang /maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan”. (BKKBN,1994:5)
Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja, melainkan juga harus secara keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang berarti dengan kemampuan itulah dapat menuju keselamatan dan ketentraman hidup.
B.     FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEJAHTERAAN
1.      Faktor intern keluarga
a.       Jumlah anggota keluarga
Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat tidak hanya cukup dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan, pendidikan, dan saran pendidikan) tetapi kebutuhan lainya seperti hiburan, rekreasi, sarana ibadah, saran untuk transportasi dan lingkungan yang serasi. Kebutuhan diatas akan lebih memungkinkan dapat terpenuhi jika jumlah anggota dalam keluarga sejumlah kecil.
b.      Tempat tinggal
Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Keadaan tempat tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan penghuninya, akan lebih menimbulkan suasana yang tenang dan mengembirakan serta menyejukan hati. Sebaliknya tempat tinggal yang tidak teratur, tidak jarang meninbulkan kebosanan untuk menempati. Kadang-kadang sering terjadi ketegangan antara anggota keluarga yang disebabkan kekacauan pikiran karena tidak memperoleh rasa nyaman dan tentram akibat tidak teraturnya sasaran dan keadaan tempat tinggal.
c.       Keadaan sosial ekonomi kelurga.
Untuk mendapatkan kesejahteraan kelurga alasan yang paling kuat adalah keadaan sosial dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga dapat dikatakan baik atau harmonis, bilamana ada hubungan yang baik dan benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa kasih sayang antara anggota keluarga.manifestasi daripada hubungan yang benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa penuh kasih sayang, nampak dengan adanya saling hormat, menghormati, toleransi, bantu-membantu dan saling mempercayai.
d.      Keadaan ekonomi keluarga.
Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber yang dapat meningkatkan taraf hidup anggota kelurga makin terang pula cahaya kehidupan keluarga. (BKKBN, 1994 : 18-21). Jadi semakin banyak sumber-sumber keuangan/ pendapatan yang diterima, maka akan meningkatkan taraf hidup keluarga. Adapun sumber-sumber keuangan/ pendapatan dapat diperoleh dari menyewakan tanah, pekerjaan lain diluar berdagang, dsb.
2.      Faktor ekstern
Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangan terjadinya kegoncangan dan ketegangan jiwa diantara anggota keluarga perlu di hindarkan, karena hal ini dapat menggagu ketentraman dan kenyamanan kehidupan dan kesejahteraan keluarga.
Faktor yang dapat mengakibatkan kegoncangan jiwa dan ketentraman batin anggota keluarga yang datangnya dari luar lingkungan keluarga antara lain:
         Faktor manusia: iri hati, dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma.
         Faktor alam: bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus penyakit.
         Faktor ekonomi negara: pendapatan tiap penduduk atau income perkapita rendah, inflasi. (BKKBN, 1994 : 18-21)
C.     TAHAPAN-TAHAPAN KESEJAHTERAAN
1.      Keluarga pra sejahtera
Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need) secara minimal, seperti kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB.
         Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masinganggota keluarga
         Pada umunya seluruh anggota keluarga, makan dua kali atau lebih dalam sehari.
         Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian berbeda di rumah, bekerja, sekolah atau berpergian.
         Bagian yang terluas dari lantai bukan dari tanah.
         Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sasaran kesehatan.
2.      Keluarga Sejahtera I
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhnan dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi lingkungan tempat tinggal dan trasportasi. Pada keluarga sejahtera I kebutuhan dasar (a s/d e) telah terpenuhi namun kebutuhan sosial psikologi belum terpenuhi yaitu:
         Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.
         Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyadiakan daging, ikan atau telur.
         Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 stel pakaian baru pertahun
         Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap pengguna rumah
         Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam kedaan sehat
         Paling kurang satu anggota 15 tahun keatas, penghasilan tetap.
         Seluruh anggota kelurga yang berumur 10-16 tahun bisa baca tulis huruf latin.
         Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini
         Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga pasang yang usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil)

3.      Keluarga Sejahtera II
Yaitu keluarga disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasasrnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
Pada keluarga sejahtera II kebutuhan fisik dan sosial psikologis telah terpenuhi (a s/d n telah terpenuhi) namun kebutuhan pengembangan belum yaitu:
         Mempunyai upaya untuk meningkatkan agama.
         Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.
         Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
         Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan keluarga.
         Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali perbulan.
         Dapat memperoleh berita dan surat kabar, radio, televisi atau majalah.
         Anggota keluarga mampu menggunakan sarana trasportasi sesuai kondisi daerah.
4.      Keluarga Sejahtera III
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan perkembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat seperti sumbangan materi dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
Pada keluarga sejahtera III kebutuhan fisik, sosial psikologis dan pengembangan telah terpenuhi (a s/d u) telah terpenuhi) namun kepedulian belum yaitu:
         Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial/masyarakat dalam bentuk material.
         Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan atau yayasan atau instansi masyarakat. (BKKBN,1994:21-23).
         Kesejahteraan pada hakekatnya dapat terpenuhinya kebutuhan (pangan, sandang, dan papan) yang harus dipenuhi dengan kekayaan atau pendapatan yang dimiliki barulah dikatakan makmur dan sejahtera



D.    PERAN PERAWAT DALAM PEMBINAAN KELUARGA SEJAHTERA
Pembinaan keluarga terutama ditujukan pada keluarga prasejahtera dan sejahtera tahap I. Di dalam pembinaan terhadap keluarga tersebut, perawat mempunyai beberapa peran antara lain :
1.      Pemberi informasi
Dalam hal ini perawat memberitahukan kepada keluarga tentang segala sesuatu, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan.
2.      Penyuluh
Agar keluarga yang dibinanya mengetahui lebih mendalam tentang kesehatan dan tertarik untuk melaksanakan maka perawat harus memberikan penyuluhan baik kepada perorangan dalam keluarga ataupun kelompok dalam masyarakat.
3.      Pendidik
Tujuan utama dari pembangunan kesehatan adalah membantu individu, keluarga dan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Untuk mencapai tujuan tersebut perawat hares mendidik keluarga agar berperilaku sehat dan selalu memberikan contoh yang positif tentang kesehatan.
4.      Motivator
Apabila keluarga telah mengetahui, dan mencoba melaksanakan perilaku positif dalam kesehatan, harus terus didorong agar konsisten dan lebih berkembang. Dalam hal inilah perawat berperan sebagai motivator.
5.      Penghubung keluarga dengan sarana pelayanan kesehatan adalah wajib bagi setiap perawat untuk memperkenalkan sarana pelayanan kesehatan kepada keluarga khususnya untuk yang belum pernah menggunakan sarana pelayanan kesehatan dan pada keadaan salah satu/lebih anggota keluarga perlu dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
6.       Penghubung keluarga dengan sektor terkait. Adakalanya masalah kesehatan yang ditemukan bukanlah disebabkan oleh faktor penyebab yang murni dari kesehatan tetapi disebabkan oleh faktor lain. Dalam hal ini perawat harus menghubungi sektor terkait.
7.      Pemberi pelayanan kesehatan. Sesuai dengan tugas perawat yaitu memberi Asuhan Keperawatan yang profesional kepada individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbataan pengetahuan, serta kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan bersifat "promotif', `preventif', "curatif' serta "rehabilitatif' melalui proses keperawatan yaitu metodologi pendekatan pemecahan masalah secara ilmiah dan terdiri dari langkah-langkah sebagai subproses. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara profesional, artinya tindakan, pelayanan, tingkah laku serta penampilan dilakukan secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab atas pekerjaan, jabatan, bekerja keras dalam penampilan dan mendemontrasikan "SENCE OF ETHICS ".
8.      Membantu keluarga dengan mengenal kekuatan mereka dan menggunakan kekuatan mereka untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya
9.      Pengkaji data individu, keluarga dan masyarakat sehingga didapat data yang akurat dan dapat dilakukan suatu intervensi yang tepat. Peran-peran tersebut di atas dapat dilaksanakan secara terpisah atau bersama-sama tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi.
E.     MASALAH DAN TINDAK LANJUT
Kenyataan, dalam melaksanakan perannya sebagai pembina keluarga sejahtera masih banyak ditemukan hambatan/masalah antara lain :
a.       Faktor Keluarga :
         Keluarga menolak kehadiran perawat
         Ketidak-percayaan masyarakat terhadap perawat
         Adat istiadat
         Ekonomi
         Dan lain-lain.
b.      Faktor Perawat
         Secara kuantitas jumlah perawat masih kurang
         Secara kualitas, belum optimal Hal ini terjadi karena "basic" pendidikan perawat yang berbeda-beda, kemauan menambah ilmu pengetahuan masih kurang, kepercayaan diri yang kurang.
         Terlalu muda khususnya bagi perawat yang ada di desa (PKD) sehingga sering diabaikan oleh masyaakat
         Kompensasi yang berlebihan dengan rasa sesama Corps ("ESPRIT DE CORPS") yang kurang.
         Masih ada perawat yang bekerja di luar wewenangnya sebagai perawat –
         Dan lain-lain.
Untuk menanggulangi masalah/hambatan di atas, khususnya ditujukan kepada diri sendiri (perawat) antara lain :
1.      Interospeksi, yaitu menilai, mengevaluasi diri sendiri, kelemahan dan kekuatan yang dimiliki, kesempatan apa yang bisa diraih/diperoleh dan tantangan apa yang akan dihadapi.
2.      Perubahan perilaku untuk maju dan berkembang dengan kemauan yang keras untuk menambah ilmu pengetahuan
3.      Menunjukkan "eksistensi" perawat sebagai "mitra dokter" Menyadari dan mencari upaya-upaya koordinasi dan kolaborasi Meningkatkan rasa sesama Corps
4.      Dan yang terpenting adalah "menghargai diri sendiri"
5.      Perubahan pendidikan keperawatan
6.      Mentaati kode etik keperawatan.
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Secara operasional Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN telah menyusun rumusan kualitas kehidupan keluarga yang diukur dari tingkat kemampuan setiap keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Rumusan tahapan kualitas keluarga tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Tahap prasejahtera
2.      Keluarga sejahtera tahap I
3.      Keluarga sejahtera tahap II
4.      Keluarga sejahtera tahapIII
B.     SARAN
Perubahan-perubahan perlu segera dilakukan khususnya dalam manajemen keperawatan sebagai upaya peningkatan mutu Asuhan Keperawatan kepada individu, keluarga maupun masyarakat.


No comments:

Post a Comment